JAKARTA, TODAY — Ada yang tak beres dengan negeri ini. Memiliki tanah yang subur, kaya dengan sarjana pertanian, tetapi singkong pun impor dari Vietnam. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada April 2015, impor singkong tercatat mencapai 28,3 ton.
Jenis pangan ini sebetulnya tak perlu diimpor. Toh, singkong bisa ditanam di mana pun dan sangat mudah. Meski j u m l a h nya tak terlalu besar, impor singkong ini mengindikasikan masih ada masalah serius dengan ketahanan pangan di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikFinance, Selasa (9/6/2015), ubi kayu alias singkong bukan hanya diimpor dari Vietnam, tetapi juga dari Thailan dan Tiongkok.
Sebelumnya, impor singkong juga pernah dilakukan pada 2013 lalu. Tepatnya bulan Mei, dengan besaran 100 ton atau senilai USD 38 ribu dan berasal dari Thailand. Data BPS mencatat, Indonesia masih mengimpor singkong s e t i d a k ny a selama 5 t a hu n terakhir. Singkong impor berasal dari China, Thailand, dan Vietnam.
Beberapa pihak mengatakan, singkong yang diimpor dalam bentuk tepung tapioka, bukan dalam singkong mentah, untuk kebutuhan industri. Para industri lebih memilih impor, karena pasokan olahan singkong terbatas dan harga impor lebih murah.
Ketua Dewan Holtikultura Nasional, Benny Kusbini pernah mengatakan, adanya impor singkong karena produksi dari petani tidak mencukupi untuk industri makanan dan minuman maupun industri petrokimia.
Dikatakan Benny, singkong impor tersebut banyak digunakan sebagai bahan baku yang akan dibuat menjadi tapioka, ada juga dijadikan bahan baku pembuatan lem dan alkohol.
“Banyak juga dijadikan untuk mie, kue dan pangan lainnya, ada pula untuk industri lem, alkohol, termasuk bahan baku kertas,” ungkap Benny, Selasa (9/6/2015)
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi, saat menjadi Wakil Mendag menjelaskan, Indonesia bukan mentah-mentah mengimpor singkong tetapi bentuk olahan singkong yaitu tepung singkong.
Bayu menjelaskan, importasi tepung terigu lebih mengarah kepada kebutuhan industri. Menurut Bayu, kapasitas produksi tepung terigu di tanah air masih belum mencukupi kebutuhan industri saat ini.
“Terutama untuk bahan baku industri tekstil, kayu lapis, kertas dan makanan minuman. Ini bahan baku industri. Kita punya singkong, tapi industri yang mengolah tidak banyak,” katanya pada waktu itu.
Kegiatan impor singkong dari tahun ke tahun terus terjadi setidaknya sejak 2011, berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Impor singkong memang tak terjadi sepanjang tahun, tetapi hanya di bulan-bulan tertentu. Berikut ini data-data soal impor singkong yang dirangkum sejak 2011-2015, antara lain:
Berdasarkan data BPS yang dikutip Minggu (7/8/2011), Indonesia mengimpor ubi kayu atau singkong dengan total 4,73 ton dengan nilai USD 21,9 ribu dari Januari- Juni 2011.
Italia pemasok terbesar dengan nilai yaitu USD 20,64 ribu dengan volume 1,78 ton. China juga memasok ubi kayu impor dengan volume 2,96 ton dengan nilai USD 1.273.
Namun setelah itu, sejak Juli-September tidak ada lagi impor singkong dari negara manapun yang masuk ke pasar Indonesia. Impor singkong tersebut terjadi hanya sampai bulan Juni 2011.
Berdasarkan data BPS, total impor singkong Januari- Oktober 2012 sebesar 13.300 ton dengan nilai USD 3,4 juta atau Rp 32,3 miliar.
Rinciannya antara lain pada bulan April dan Mei 2012, sebanyak 5.057 ton singkong asal China dengan nilai USD 1,3 juta masuk ke tanah air. Sementara itu, pada Mei impor singkong dilakukan dari negara Vietnam. Sebanyak 1.342 ton singkong dengan nilai USD 340 ribu masuk ke Indonesia.
Pada Oktober kembali terjadi impor singkong sebesar 6.200 ton senilai USD 1,6 juta atau Rp 15,2 miliar. Padahal hampir 3 bulan sebelumnya tidak terdapat impor singkong ke Indonesia.
Biasanya impor singkong dilakukan dari China dan Vietnam, tetapi untuk impor pada bulan Oktober berasal dari negeri Gajah Putih, Thailand.
Selama Januari-Juli 2013, sempat terjadi impor singkong. Impor singkong secara total tercatat sebesar 100 ton atau USD 38 ribu.
Impor ini hanya terjadi pada Mei 2013. Singkong impor masih berasal dari negara di Asia Tenggara, yaitu Thailand.
Impor ubi jalar dari Tiongkok pada Maret 2014 sebesar 6,209 ton atau menurun dari bulan sebelumnya yang sempat mencapai 7,961 ton, turun 22%. Nilai impor ubi jalar dari Tiongkok tersebut pada Maret mencapai USD 10.380, Februari mencapai USD 15.315.
Pada Januari juga tercatat impor ubi jalar dari sebanyak 7,219 ton atau setara dengan nilai USD 12.135. Sedangkan pada bulan Desember 2013 tak ada impor ubi jalar dari negara yang sama.
Total impor ubi jalar selama Januari- Maret 2014 mencapai 21,389 ton setara dengan USD 37.830.
Berdasarkan data BPS yang dikutip, Selasa (9/6/2015), terjadi impor ubi kayu alias singkong juga berasal dari impor. Pada April 2015, impor singkong tercatat mencapai 28,3 ton atau setara dengan USD 36.802.
(Alfian Mujani)
Sumber: http://www.bogor-today.com/singkong-pun-harus-impor-dari-china-dan-vietnam/
0 komentar: