Konten Terbaru:
Home » » Jokowi: Penelitian di Indonesia Parsial dan Tidak Fokus

Jokowi: Penelitian di Indonesia Parsial dan Tidak Fokus

Written By Unknown on Senin, 13 April 2015 | 13.4.15

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi menko Perekonomian Sofjan Djalil (kanan) berdialog dengan anggota serta pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang diketuai Bahlil Lahadalia dalam pertemuan di Istana Negara, Jakarta, Senin (6/4). (ANTARA/Yudhi Mahatma)

JakartaCNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai selama ini penelitian yang dilakukan di Indonesia masih parsial dan tidak fokus.

Jokowi pun mengaku sadar bahwa dukungan anggaran yang diberikan pemerintah dalam penelitian belum besar. "Tapi kalau penelitian kita parsial, tidak fokus, maka anggaran yang sedikit itu larinya malah ke mana-mana," ujar dia dalam sambutan acara National Innovation Forum, Graha Widya Bhakti, Kawasan Puspitek, Tangerang Selatan, Banten, Senin (13/4).

Selain itu, ia berpandangan, sinergi antarlembaga dalam mengadakan penelitian belum terjalin dengan baik. "Goalnya mau kemana? Itu yang harus diukur, tugas Pak Menteri dan kita ingin agar ada sebuah perwujudan yang jelas kerjasama peneliti, dunia usaha, perguruan tinggi, kerjasama yang konkret, kolaborasi yang jelas sehingga keluarannya nanti yang bermanfaat bagi rakyat," kata dia.

Tak berhenti di sana, penelitian di Indonesia juga belum bersifat berkesinambungan. Ia mengambil contoh penelitian di bidang energi beberapa tahun lalu di mana ada energi terbarukan dengan tanaman jarak, namun penelitian itu tidak dilanjutkan sehingga tidak ada kontinuitas.

"Hasil penelitian, kemudian ada hilirisasi dan bergandeng dengan industri. Saya kira tidak hanya jarak masuk ke energi terbarukan. Dari research masuk ke application, research ada kesinambungan. Peneliti, industri, dengan perusahaan sharing saja sehingga peneliti juga mendapatkan income besar dari hasil penelitiannya," ujar dia.

"Bisa diberikan share berapa oleh perusahaan bisa 30, bisa 40, kalau hasil penelitiannya besar bisa 60, bisa 70. Kenapa tidak? Saya kira banyak skema yang bisa kita lakukan," kata dia.

Sang Presiden menjelaskan, dua pertiga wilayah Indonesia terdiri dari perairan dengan 17 ribu pulau. "Kalau bapak dan ibu semua datangi seluruh wilayah itu, akan terlihat betapa besar tantangan kita menghadapi baik dari transportasi, baik dari pangan, baik dari energi," ujar dia.

Dari segi transportasi, papar dia, setiap pulau memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga harus dicari tahu moda transportasi apa yang paling efisien. "Ini pentingnya penelitian riset di bidang dirgantara. Sebetulnya pesawat apa yang paling pas provinsi ke provinsi, kota ke kota, pulau ke pulau. Apakah tipe yang besar, ataukah tipe sedang atau kecil," kata dia.

Untuk itu, ucap Jokowi, PT Dirgantara Indonesia telah membuat pesawat N219 dan N245. Ia pun mengaku telah diberitahu oleh mantan presiden yang juga turut dalam rombongan, BJ Habibie, bahwa pesawat buatan dalam negeri jenis R80 memiliki model yang pas untuk mengangkut penumpang untuk wilayah kepulauan.

Sementara di bidang kemaritiman, Jokowi menganggap masalah transportasi di bidang ini terletak pada konektivitas. Hal ini menyebabkan perbedaan harga antara pulau satu dengan lainnya.

"Tidak kita ukur harga di sebuah provinsi, di sebuah pulau harganya betul-betul mempunyai jarak yang terlalu lebar dari Rp 60-70 ribu di sebuah tempat, di Papua bisa mencapai Rp 2,5 juta. Hal-hal seperti ini yang harus diselesaikan dengan penelitian yang baik," ujar dia.

Oleh sebab itu, imbuh dia, bidang dirgantara dan kemaritiman menjadi fokus pemerintahannya ke depan, selain bidang pangan. "Saya lihat waktu di Jepang, sudah ada benih pada satu hektar bisa capai 8 sampai 9 ton, sudah dicoba dan hasilnya betul seperti itu, tapi dalam skala kecil dalam penelitian, bagaimana itu menasionalkan?" kata dia.

"Saya beri contoh benih yang ditanama di lahan Perhutani. Satu hektar bisa mencapai delapan hingga sembilan ton, hasil yang sangat besar, tapi sudah bertahun-tahun hanya dicoba di lima hektar. Tidak memutuskan, kenapa tidak dinasionalkan? Tumpang sari kan di lahan sawit, kenapa tidak? Berapa lahan sawit kita, berapa juta hektar? Begitu itu ditanam masalah jagung, enggak ada impor jagung lagi," ujar Jokowi. (hel)

Sumber: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150413170716-20-46315/jokowi-penelitian-di-indonesia-parsial-dan-tidak-fokus/
Share this article :

0 komentar:


Tepung Mocaf

Tepung singkong yang dimodifikasi sehingga berkualitas tinggi...

Untuk Pembelian Tepung Mocaf Hubungi
YULIANA
0271-825266

 
Dipersembahkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Jember
Didukung oleh : Universitas Jember | LPDP | BCM
Copyright © 2015. Tepung MOCAF - All Rights Reserved