Seminar Regional
Minggu, 3 Maret 2013 adalah acara Seminar di FTP Unej. Judul seminarnya “Peran Generasi Muda Dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan Nasional“.
Seminar yang menarik dengan pembicara yang berkualitas seperti Prof.
Sugiono (Direktur LPPOM MUI Jawa Timur), Prof. Achmad Subagio (Guru
Besar FTP Unej, Pembina Nasional HMPPI), dan dari KNPI.
Pembicara-pembicara yang berjiwa muda tersebut dengan lantang
menyuarakan semangat untuk para generasi muda dalam mempersiapkan diri
membangun bangsa ini lewat perspektif masing-masing.
Prof. Sugiono membuka dan menutup sesinya dengan filosofi. Pengalaman
dan hikmah hidup dia sampaikan dengan berbagai filosofi yang menarik.
Beliau membuka cakrawala pengetahuan peserta seminar dengan topik pangan
Halal dan Toyib. Pangan Halal dan Toyib bukan hanya secara objektif
makanan yang disebutkan dalam aturan-aturan tertulis, namun bagaimana
proses dan memperoleh makanan tersebut. Bagaimana sebuah makanan
sehari-hari yang kita lihat dianggap sudah baik namun ditelusuri lebih
jauh ternyata tidak halal dan toyib. Intinya, sistem dan alur makanan
tersebut harus kita pelajari dan benahi agar makanan yang kita makan
senantiasa berkah. Prof. Sugiono mengakhiri sesinya dengan beberapa bait
puisi, namun yang paling jelas kuingat adalah “Cinta bukanlah cinta jika tidak dipersembahkan“.
Mungkin ini ungkapan biasa bagi orang lain, tapi bagiku yang seorang
melankolis, kata-kata ini sangat menyentuh, makanya kuangkat ini dalam
blogku.
Prof. Achmad Subagio sebagai pembicara kedua membuatku terkesan. Aku
hanya mengetahui tentangnya melalui artikel-artikel dan cerita
orang-orang yang pernah kutemui. Hal yang beliau bahas dalam seminar
tersebut adalah tentang singkong. Beliau ingin mengajak para generasi
muda untuk membangun jiwa enterpreneur agar dapat membangun bangsa ini
kedepan. Selain itu beliau juga ingin mewujudkan sebuah kota
enterpreneur singkong. Prof. Subagio selain menjadi guru besar di Unej,
beliau juga memiliki banyak usaha, diantaranya outlet mi ayam, oleh-oleh
dan usaha jamur tiram. Saat bercerita di sesi seminar, Prof. Subagio
selalu menyebut dirinya tukang bakul bakmi, karena usahanya memang mi
ayam. Mi ayam yang beliau jual bukan mi ayam sembarangan. Mi ayamnya
terbuat dari campuran tepung MOCAF. Selain mi ayam, Prof. Subagio juga
mengembangkan usahanya dengan berbagai makanan olahan dari MOCAF (Modified Cassava Flour) atau tepung singkong termodifikasi.
Prof. Subagio memiliki ruang usaha untuk memproduksi makanan olahan
dari MOCAF dan outlet untuk memasarkan produknya. Outlet yang
dimilikinya diberi nama Mister T. Beliau sangat gencar untuk membangun
semangat generasi muda untuk berwirausaha. Selain itu, dengan fokus
pengembangan MOCAF yang saat ini digeluti, membuatnya dikenal sebagai
ahli MOCAF dan dan konsultan terkait usaha-usaha persingkongan dan
program-program pengembangan masyarakat yang dikembangkan pemerintah.
Sesi presentasinya juga menyinggung tentang pertanian bangsa ini yang
kian terpuruk. Seharusnya, posisi petani itu adalah pilihan terbaik di
negeri ini, asalkan kepemilikan lahannya minimal 2 hektar dan itu
kepemilikan penuh tanpa sewa dan lain sebagainya. Jika seperti itu,
penghasilan petani akan lebih dari gaji dosen. Namun sayangnya di negeri
kita, kepemilikan lahan bagi petani rata-rata di bawah 0,5 hektar,
belum lagi dengan kebutuhan tanam yang lainnya. Dengan kondisi seperti
itu, banyak petani yang berpenghasilan pas-pasan menjadi petani dan
bahkan besar pasak daripada tiang. Itulah potret negeri ini. Harapan
Prof. Subagio adalah mengubah konsep petani negeri ini, yaitu petani
adalah pengusaha.
banyak hal yang menarik jika membahas konten seminar dari para
pembicara-pembicara yang hadir, termasuk perwakilan organisasi pemuda
oleh KNPI yang diisi oleh mantan presiden BEM Universitas Jember. Peran
pemuda harus diketakankan dan ditingkatkan dengan mengikuti
organisasi-organisasi saat kuliah dalam rangka membangun pengalaman dan
kesiapan menghadapi tantangan global yang selalu menggerus semangat dan
moral generasi muda di negeri ini.
Misi HMPPI
Sesi seminar selesai, dilanjutkan dengan diskusi kecil dengan Prof.
Achmad Subagio dan Poppy. Diskusi ini adalah salah satu misi mengapa kau
ke Jember. Beliau adalah salah satu dari 4 pembina HMPPI nasional.
Banyak saran yang beliau utarakan terkait pelaksanaan HMPPI di tingkat
nasional. Sangat senang bisa berdiskusi dengan beliau, kembali semangat
untuk membangun HMPPI dan Indonesia. Setelah diskusi, tentu momen ini
tak akan kusia-siakan. Sesi foto bersama Prof. Achmad Subagio untuk
kenang-kenangan, hehehe narsis.
Setelah diskusi dengan pembina HMPPI, dilanjutkan sesi dengan
anggota-anggota HMPPI yang ada di Universitas Jember. Himpunan Mahasiswa
Teknologi Hasil Pertanian (HIMAGIHASTA) adalah salah satu lembaga
anggota HMPPI. Kami menyebut anggota-anggota HMPPI di tingkatan
universitas dengan komisariat. Artinya kalau HIMAGIHASTA adalah anggota
HMPPI komisariat Unej. Diskusi HMPPI diawali dengan perkenalan yang
dibuka oleh Poppy. Kemudian dilanjutkan dengan ceritaku yang panjang
lebar tentang HMPPI. Seperti itulah diriku, suka bercerita meskipun
tanpa sadar ceritaku agak membosankan bagi sebagian pendengar.
Harapannya dengan berdiskusi bersama mahasiswa-mahasiswa THP di Unej,
kita dapat antusias bersama membangun wawasan dan pola berpikir kita
untuk membangun bangsa ini dengan berkontribusi dalam hal ilmu pangan.
Menebar semangat dan mengompor-ngompori mahasiswa adalah tugasku di
HMPPI, hehehe.
0 komentar: