Konten Terbaru:
Home » , , » Atasi Krisis Pangan dengan Si Beras Cerdas

Atasi Krisis Pangan dengan Si Beras Cerdas

Written By Unknown on Sabtu, 22 November 2014 | 22.11.14


Jika berkunjung ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, jangan lupa menyantap mocaf. Penganan ini memang bukan santapan ringan khas Jember seperti tape Jember atau suwar-suwir (sejenis dodol). Mocaf adalah kependekan dari modified cassava flour yang terbuat dari tepung ubi kayu. Tepung ini dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi butiran "beras". Setelah dimasak, mocaf dapat dihidangkan sebagai pengganti nasi.
Inilah jenis pangan unggulan baru dari kota Jember. "Riset tentang mocaf ini merupakan bagian dari upaya antisipasi krisis pangan akibat cuaca ekstrem dan global warming yang melanda dunia, termasuk Indonesia," kata Apriyanto, Kepala Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Jawa Timur.
Penelitian "beras tiruan" ini, menurut Apriyanto, dilakukan sejak 2001. “Kini telah sampai pada tahap uji coba untuk dikonsumsi,’’ katanya. Apriyanto menyatakan, beras mocaf tak ubahnya beras asli. Begitu pula cita rasanya setelah dimasak. Kandungan gizi beras mocaf juga tak kalah dari beras asli. "Mocaf mengandung karbohidrat, protein, dan mineral yang memadai. Inilah alternatif pangan yang menyehatkan," ujarnya.
Mocaf, menurut Apriyanto, cocok dikembangkan sebagai alternatif pangan di Indonesia. Soalnya, bahan baku mocaf, yakni ubi kayu (Manihot esculenta crantz), mudah diperoleh dengan potensi tanam yang tinggi. Potensi ubi kayu di Jawa Timur, misalnya, tertinggi di Indonesia, mencapai 3,6 juta ton per tahun pada 2010. Pemerintah Provinsi Jawa Timur kini sedang mengembangkan potensi ubi kayu di enam daerah penghasil tanaman itu. Dari Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Malang, Sumenep, hingga Sampang.
Selain sebagai pengganti nasi, BPK Jawa Timur juga berharap, mocaf dapat mengurangi ketergantungan negeri ini pada gandum. Betapa tidak, indeks impor gandum Indonesia pada saat ini mencapai 5-7 juta ton per tahun. Oleh sebab itu, dengan berbagai kemampuan tersebut, BKP Jawa Timur makin yakin bahwa mocaf sedikit-banyak dapat meringankan krisis pangan dan disukai masyarakat. ‘’Insya Allah, kami akan merilis mocaf pada Hari Ketahanan Pangan, Oktober mendatang,’’ kata Apriyanto.
Orang penting di balik mocaf ini adalah Achmad Subagio, peneliti dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Ia mengaku terpesona oleh ubi kayu sejak kecil. "Singkong dapat dikembangkan menjadi beberapa produk penganan," katanya. Dari kue, mi, sampai kerupuk. Tepung ubi ini juga dapat mengganti sejumlah bahan makanan lainnya, seperti tepung beras, tapioka, jagung, kentang, dan gandum. "Memang tidak mengganti 100%, tergantung bentuk penganannya," tutur Subagio.
Sebagai alternatif pangan nonberas, menurut Subagio, kandungan gizi mocaf juga dapat diandalkan. Mocaf  mengandung karbohidrat berupa pati dan serat dalam jumlah besar tetapi minim protein. Gandum memang mengandung protein berupa gluten yang penting dalam pembuatan roti. Tetapi kandungan serat mocaf yang tinggi cocok untuk pencernaan.
"Selain itu, mocaf juga gluten free sehingga bebas alergi dan sangat baik untuk anak-anak autis. Indeks glisemiknya pun rendah sehingga sesuai untuk penderita diabetes," ujar Subagio. Apalagi, dari sisi ongkos produksi, mocaf jauh lebih murah ketimbang beras biasa. Menurut kalkulasi Subagio, untuk 1 kg mocaf, diperlukan sekitar 3 kg singkong. Jika harga 1 kg singkong Rp 1.000, maka biaya produksi mocaf adalah Rp 3.000 per kg. Menurut Subagio, riset terhadap mocaf akan terus berlanjut dan berpedoman pada proyek "beras cerdas". Embel-embel cerdas ini, menurut Subagio, berasal dari sejawatnya dari Institut Teknologi Bandung. "Disebut cerdas karena arahnya harus ke sana," katanya.
Pertama, penganan itu harus dibuat dari bahan baku lokal. "Jadi, lebih gampang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen," kata Subagio. Kedua, penganan itu harus cerdas dalam produksinya. "Teknologi untuk membuatnya harus mudah dan murah. Jadi, bisa dibuat oleh putra Indonesia sendiri," katanya.
Ketiga, harus cerdas dalam cara memasaknya. "Penganan itu harus dapat diolah dan dimasak dengan sederhana seperti menanak beras," ujarnya. Keempat, penganan itu juga harus cerdas dalam menyesuaikan diri untuk target-target khusus di bidang kesehatan. "Misalnya, penganan itu dapat disesuaikan untuk menolong anak rawan gizi, ibu hamil, dan penderita diabetes," kata Subagio.
Terakhir, penganan itu dapat diandalkan untuk pembangunan nutrisi dan perbaikan ekonomi rakyat. Untuk mencapai semua itu, Subagio mengaku bahwa ia bersama timnya telah membuat roadmap mocaf. Dimulai sejak penyediaan bahan baku, sistem produksi, hingga sistem distribusinya. Jika semuanya lancar, "Kami berharap, mocaf dapat menyumbang setidaknya 15% sumber karbohidrat nasional pada 2015," tutur Subagio.

Sumber: Majalah GATRA 14 September 2011

File PDF bisa didownload di
Share this article :

0 komentar:


Tepung Mocaf

Tepung singkong yang dimodifikasi sehingga berkualitas tinggi...

Untuk Pembelian Tepung Mocaf Hubungi
YULIANA
0271-825266

 
Dipersembahkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Jember
Didukung oleh : Universitas Jember | LPDP | BCM
Copyright © 2015. Tepung MOCAF - All Rights Reserved