Tangkapan hama pada lampu perangkap
Model BSE G-3, Model BSE G-4, dan Model BSE Giant lebih tinggi dibanding
hasil tangkapan pada lampu perangkap solar cell. Banyaknya hama pada
lampu perangkap ditentukan oleh besarnya cahaya yang dipasang, makin
tinggi cahaya makin besar hasil tangkapannya. Hasil tangkapan hama pada
solar cell dengan cahaya setara 20 watt lebih rendah dibanding hasil
tangkapan lampu perangkap elektrik dengan 100-160 watt. Di lain pihak,
besar tangkapan ditentukan juga oleh tempat/lokasi pemasangan, lampu
perangkap yang berdekatan dengan sumber serangan akan lebih tinggi
dibanding lampu perangkap yang jauh dari sumber serangan. Hama yang
tertangkap lampu perangkap dapat dijadikan indikator datangnya hama di
pesemaian atau pertanaman, sehingga lampu perangkap dapat dijadikan alat
monitoring, mereduksi hama, dan menentukan ambang ekonomi.
Semua hama padi berupa wereng coklat,
wereng punggung putih, wereng hijau, penggerek batang padi, lembing
batu, pelipat daun, penggulung daun dan anjing tanah dapat ditangkap
dengan perangkap lampu. Dalam usaha tani pertanian, mengetahui
keberadaan hama jenis serangga sangat diperlukan. Usaha tani terutama
tanaman padi akan berjalan dengan baik bila keberadaan hama dapat
dideteksi sedini mungkin. Salah satu cara untuk mengetahui keberadaan
hama serangga adalah dengan Lampu Perangkap. Alat perangkap (lampu
perangkap) yang sesuai dan standar masih jarang dijumpai di hamparan
sawah di tiap provinsi, kabupaten/kota. Dilihat dari bentuk dan komponen
lampu perangkap sebetulnya sederhana. Biaya untuk menbuat perangkap ini
tak besar. Artinya tiap provinsi atau kabupaten/kota dapat
menganggarkan lampu perangkap ini.
Satu lampu perangkap pada saat populasi
tinggi di BB Padi Sukamandi dapat menangkap wereng coklat 376 ribu ekor
/malam/unit, ngengat penggerek batang padi kuning 12 ribu
ekor/malam/unit dan kepinding tanah 146 ribu ekor/malam/unit. Serangga-
serangga hama yang terperangkap setelah diamati kemudian dimusnahkan
sedangkan serangga-serangga musuh alami seperti kumbang Coccinella, Paederus Sp, Ophionea SP dll dapat dilepaskan kembali ke lahan.
Perkembangan populasi serangga hama
dipertanaman dapat diketahui dengan menggunakan lampu perangkap. Data
harian hasil tangkapan serangga yang tertangkap dapat digunakan untuk
rekomendasi kapan waktu semai atau tanam yang tepat juga kapan waktu
yang tepat dilakukan pengendalian.
Lampu perangkap
merupakan alat vital diperlukan sebagai pendeteksi awal adanya hama.
Satu lampu perangkap sebagai pendeteksi cukup mengontrol areal 200-500
ha, tetapi bila digunakan untuk pengendalian dengan menangkap hama
tertarik lampu sebanyak-banyaknya diperlukan lampu perangkap lebih
banyak dari yang ditetapkan di atas (Baehaki, 2011e). Lampu perangkap
sangat penting karena wereng yang pertama kali datang dipesemaian atau
pertanaman adalah wereng makroptera betina/jantan imigran. Pasang lampu
perangkap sebagai alat untuk menentukan kapan datangnya wereng imigran.
Alat ini penting untuk mengetahui kehadiran wereng imigran dan dapat
menangkap wereng dalam jumlah besar.
Lampu perangkap dipasang
pada ketinggian 150-250 cm dari permukaan tanah. Hasil tangkapan dengan
lampu 100 watt dapat mencapai ratusan ribu ekor per malam. Keputusan
yang diambil setelah ada wereng pada perangkap lampu: wereng-wereng yang
tertangkap dikubur, keringkan pertanaman padi sampai retak, segera
setelah dikeringkan, kendalikan wereng pada tanaman padi dengan
insektisida yang direkomendasi.
Lampu perangkap merupakan suatu unit
alat untuk menangkap atau menarik serangga. Berfungsi untuk mengetahui
keberadaan atau jumlah populasi serangga di lahan pertanian. Serangga
yang tertangkap adalah serangga-serangga yang tertarik cahaya pada waktu
malam hari. Beberapa jenis perangkap untuk serangga adalah lampu
perangkap (light trap), yellowpan trap, airnet trap, dan
pitfall. Pemilihan jenis perangkap yang akan digunakan tergantung dari
kondisi dan tujuan yang ingin diketahui.
Lampu perangkap saat ini ada 5 macam
yaitu lampu perangkap elektrik berkekuatan cahaya 100-150 watt, lampu
perangkap static solar cell dengan baskom perangkap (Model lama), lampu
perangkap elektrik berkekuatan cahaya 100-150 watt BSE G-4, dan lampu
perangkap raksasa (giant light trap) dengan diameter corong 100 cm, dan
moving solar cell yang belum diproduksi. Lampu perangkap yang ada perlu
uji kelayakan, disebabkan lampu perangkap solar cell akan segera di
pasang hampir di semua provinsi di Indonesia.
Data hasil tangkapan hama dengan lampu perangkap tersebut di atas dapat mengindikasikan hal-hal yang dapat dijadikan dasar pengendalian. Hama yang tertangkap lampu perangkap, merupakan monitoring dini terhadap jenis dan jumlah hama imigran yang datang dipertanaman untuk menentukan nilai ambang ekonomi (Baehaki, 2013) dengan beberapa ketentuan sebagai berikut :
a. Bila pada lampu perangkap sudah tertangkap lebih dari 50 ekor wereng coklat/malam, maka harus segera diadakan pengendalian.
b. Bila pada lampu perangkap tertangkap kurang dari 50 ekor wereng coklat/malam, segera dilakukan pengamatan di pertanaman. Bila didapat 3 ekor wereng coklat/rumpun pada tanaman padi berumur <40 5="" atau="" berumur="" coklat="" didapat="" ekor="" hst="" pada="" padi="" rumpun="" tanaman="" wereng="">40 hst maka harus segera diadakan pengendalian.40>
c. Bila pada lampu perangkap sudah tertangkap ngengat penggerek, maka harus segera dilakukan pengendalian pada 4 hari setelah ngengat tertangkap.
Lampu perangkap dapat mereduksi populasi
hama imigran atau hama emigrant. Seperti halnya pada bulan Januari-Juli
tahun 2012 tangkapan penggerek padi kuning, wereng coklat dan lembing
batu berturut-turut mencapai 66595, 3341, dan 3430811 ekor (Baehaki,
2013).
Patokan pengendalian hama untuk
penggerek yang terbaru adalah berdasarkan adanya hama yang tertangkap
lampu perangkap. Bila pada lampu perangkap sudah tertangkap ngengat
penggerek, maka harus segera dilakukan pengendalian pada 4 hari setelah
ngengat tertangkap lampu perangkap baik itu saat vegetatif maupun saat
generatif. Hal ini didasarkan kepada harga gabah saat panen seperti
tertera pada (Baehaki, 2012 dan 2013)
Ambang Kendali adalah suatu ambang
ekonomi sesaat untuk pengendalian disesuaikan dengan nilai harga gabah
saat panen, sehingga ambang ekonomi tersebut bukan harga mati tetapi
merupakan nilai fleksible tergantung kepada harga produk. Baehaki dan
Baskoro (2008) melaporkan bahwa ambang ekonomi penggerek saat vegetatif
adalah 6% sundep pada harga saat panen Rp.900/kg, sedangkan ambang
ekonomi penggerek saat generatif adalah 9% beluk pada harga saat panen
Rp.900/kg. Ambang ekonomi penggerek saat vegetatif adalah 3% sundep pada
harga saat panen Rp.2.250/kg, sedangkan ambang ekonomi penggerek saat
generatif adalah 4% beluk pada harga saat panen Rp.2.250/kg. Setelah
tahun 2009, ambang ekonomi pengerek tidak berdasarkan intensitas
serangan, tetapi berdasarkan waktu tangkapan ngengat, yaitu 4 hari
setelah penerbangan ngengat baik saat vegetatif maupun saat generatif (Baehaki, 2011b).
Pengendalikan penggerek dapat dilakukan
dengan feromon seks, namun feromon seks yang digunakan untuk
mengendalikan penggerek padi kuning kurang efektif (Suryana at al.,
2011), demikian juga feromon seks sangat spesifik hanya menangkap satu
jenis hama jantan saja. Pengendalian wereng coklat tidak dapat dilakukan
dengan feromon seks, karena komunikasi wereng coklat jantan dan betina
pada wereng coklat melalui getaran (vibrasi).
Informasi lebih lanjut : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Sumber: http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/2203/
0 komentar: