Konten Terbaru:
Home » » Koro Pedang: Tanaman Berpotensi Belum Tereksploitasi

Koro Pedang: Tanaman Berpotensi Belum Tereksploitasi

Written By Unknown on Selasa, 26 Mei 2015 | 26.5.15

Tanaman koro pedang telah lama dikenal di Indonesia, namun kompetisi antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam skala luas. Secara tradisional tanaman koro pedang digunakan untuk pupuk hijau dan polong muda digunakan untuk sayur (dimasak seperti irisan kacang buncis). Biji koro pedang tidak dapat dimakan secara langsung karena akan menimbulkan rasa pusing. Biji koro merah digunakan untuk obat sakit dada, dan di Madura, koro biji merah digunakan untuk obat dengan nama Bedus.
Secara botani tanaman koro pedang dibedakan kedalam dua tipe tanaman yaitu: koro pedang tumbuh tegak dan berbiji putih (Canavalia ensiformis (L.) DC.) (Gambar 1). Koro pedang tipe tegak/perdu, polongnya dapat menyentuh permukaan tanah sehingga disebut Koro Dongkrak (Jackbean), dan tipe merambat (Canavalia gladiata) yang memiliki biji warna merah, dikenal dengan Swordbean tersebar di Asia Tenggara, India, Myanmar, Ceylon dan negara-negara Asia Timur (Gambar 2).
Gambar 1. Koro pedang tipe tegak dan biji.
Kandungan protein biji koro pedang dan bibi kacang-kacangan lain berturut-turut adalah: koro pedang biji putih (27,4%), koro pedang biji merah (32%), kedelai (35%), dan kacang tanah (23,1%). Selain itu, biji koro pedang putih (Canavalia ensiformis) mengandung zat toksik, yaitu: kholin, asam hidrozianine, dan trogonelin. Pada biji koro ini juga mengandung tripsin dan cymotrypcine inhibitors. Koro pedang biji merah (Canavalia gladiata) memiliki kandungan protein dan garam yang cukup tinggi, asam hidroianik, dan saponine (Tabel 1). Karena biji koro mengandung racun maka perlu cara masak khusus untuk menetralkan racun sebelum dikonsumsi.
Dengan adanya perkembangan IPTEK yang pesat, saat ini biji koro pedang diolah menjadi bahan baku untuk industri farmasi dan kosmetika di Jepang dan Amerika Serikat. Industri yang bergerak di bidang pengolahan hasil tanaman pertanian di negara maju menggunakan bahan alami (natural ingredient) yang mempunyai kandungan unsur-unsur tertentu antara lain: protein tinggi, lemak dan minyak non kolesterol, enzim urease, asam amino dan zat-zat yang mengandung bius.
Budidaya tanaman koro pedang sangat mudah, dapat tumbuh baik di lingkungan suboptimal bahkan untuk tanaman koro tipe menjalar dapat ditanam secara tumpangsari dengan tanaman keras yang bernilai ekonomi sebagai rambatannya. Informasi tersebut menunjukkan potensinya untuk dikembangkan lebih lanjut.
Gambar 2. Koro pedang tipe menjalar dan biji.
Biologi Tanaman Koro Pedang
    1. Koro pedang tegak Canavalia ensiformis (Jackbean)
      Bentuk tanaman menyerupai perdu, batang bercabang pendek dan lebat dengan jarak percabangan pendek dan perakaran termasuk akar tunggang. Bentuk daun trifoliat dengan panjang tangkai daun 7–10 cm, lebar daun sekitar 10 cm, tinggi tanaman dapat mencapai 1 meter. Bunga berwarna kuning, tumbuh pada ketiak/buku cabang. Bunga termasuk bunga majemuk dan berbunga mulai umur 2 bulan hingga 3 bulan. Polong dalam satu tangkai berkisar 1–3 polong, tetapi umumnya 1 polong/tangkai. Panjang polong 30 cm dan lebar 3,5 cm, polong muda berwarna hijau dan polong tua berwarna kuning jerami. Biji berwarna putih dan tanaman koro dapat dipanen pada umur 9–12 bulan, namun terdapat varietas berumur genjah yang dapat dipanen umur 4–6 bulan.
      2. Koro pedang merambat Canavalia gladiata (Swordbean)
        Bentuk tanaman merambat dan selalu melilit kearah kanan (ber­la­­wan­an dengan jarum jam). Akar termasuk akar tunggang dan batang tumbuh sangat kokoh dan diameter dapat mencapai 5 mm. Panjang buku (internode) sekitar 20 cm, tumbuhnya selalu ke atas dan panjang/tinggi mencapai 10 m. Tangkai daun dan pangkal batang berwarna merah muda. Panjang polong sekitar 40 cm dengan lebar 5 cm dan warna polong tua coklat muda, umur tanaman sampai panen terakhir yaitu 9–15 bulan. Biji berwarna merah atau coklat muda. Koro rambat berbiji coklat muda memiliki daun agak sempit dan kaku di banding tanaman berbiji merah yang memiliki daun lebih lebar dan kelopak bunga berwarna putih.
        Hasil biji koro tergantung dari populasi tanaman, varietas, dan teknik produksi. Hasil biji biji koro tipe tegak pada peremajaan biji (rejuvenasi) tertinggi mencapai 4 ton biji kering (proyeksi dari hasil per tanaman), dan ukuran biji 40–60 kg/100 biji.
        Prof. Dr. Astanto Kasno
        Sumber: http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/1887-koro-pedang-tanaman-berpotensi-belum-tereksploitasi.html
        Share this article :

        0 komentar:


        Tepung Mocaf

        Tepung singkong yang dimodifikasi sehingga berkualitas tinggi...

        Untuk Pembelian Tepung Mocaf Hubungi
        YULIANA
        0271-825266

         
        Dipersembahkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Jember
        Didukung oleh : Universitas Jember | LPDP | BCM
        Copyright © 2015. Tepung MOCAF - All Rights Reserved