KLATEN – Pemerintah diminta meninjau ulang kebijakan membuka kran impor beras. Kebijakan itu dikhawatirkan akan memengaruhi tingkat kemakmuran petani jika tidak dikendalikan.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Suratman mengatakan, kebijakan impor beras itu diminta ditinjau ulang agar petani di Indonesia bisa makmur.
‘’Paling tidak direm agar kita bergerak menjadi negara produsen beras,’’ ungkapnya saat panan raya padi berbasis organik secara hamparan varietas Pak Tiwi-1 di lahan Desa Trasan, Kecamatan Juwiring, Klaten, Rabu (22/4).
Acara itu dihadiri Bupati Klaten, Sunarna, Dandim 0723 Letkol Inf Thomas Heru Rinawan, Kapolres AKBPLanggeng Purnomo, Regional Manager PT Agri Makmur Pertiwi Wilayah Tengah, Yulianto, perwakilan PT PLN, Muspida, mahasiswa UGM, tokoh masyarakat, dan petani.
Menurut Suratman, selain mengerem impor, budaya gotong- royong dalam pertanian harus dikuatkan dengan melibatkan berbagai elemen, baik pemerintah, swasta, akademisi, dan petani. Dengan gotong-royong itu kedaulatan dan ketahanan pangan nasional akan terwujud. Momentum yang dilakukan di Klaten merupakan momentum tepat untuk membangun kerja sama semua pihak.
Diharapkan, toko-toko di semua wilayah terisi oleh beras petani lokal, bukan beras Laos atau Thailand. Jika perlu, Klaten dijadikan laboratorium inovasi padi nasional sebab banyak pihak sudah terlibat dalam komitmen yang sama.
Daerah Subur
Asisten Ekonomi Pemkab Klaten, Edi Hartana mengatakan, wilayah Klaten merupakan lumbung pangan nasional. Dengan tanah subur dan kecukupan air, potensi memperkuat ketahanan pangan bisa berperan.
Forum pemberdayaan yang dilakukan pemerintah, swasta, akademisi, petani, dan lainnya perlu terus diberdayakan. Data tahun 2015, target produksi 388.000 ton, tetapi pemerintah pusat meminta 394.160 ton. Tahun 2014, dari target 366.366 ton tercapai 356.000 ton dari total lahan 62.800 hektare.
Regional Menager PT Agri Makmur Pertiwi Wilayah Tengah, Yulianto mengatakan, pihaknya membantu benih untuk lahan 20 hektare jenis Pak Tiwi- 1. Bersama pendamping dari UGM hasilnya sangat memuaskan. ‘’Varietas ini irit karena butuh 15 kilogram per hektare, tahan hama dan tahan angin,’’ jelasnya.
Pendampingan yang dilakukan di Klaten merupakan nostalgia sebab varietas itu diuji coba sejak 2011 di Klaten. Kini pemasaran sudah sampai ke Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Untuk Jateng tahun ini target penjualan dipatok 2.000 ton benih padi Pak Tiwi-1. (H34-69)
Sumber: http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/kebijakan-impor-beras-diminta-ditinjau-ulang/
0 komentar: