Inilah singkong gajah sebesar 50 kg yang menjadi bahan baku dari banyak produk turunan singkong, mulai dari makanan, bahan bakar nabati hingga kantong plastik.
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Tanaman singkong memang tak bisa dianggap remeh. Apalagi varietas singkong gajah. Bukan hanya dari sisi rasanya yang gurih bila dikonsumsi, tetapi karena produk turunannya yang memberikan potensi besar dari sisi bisnis.
Fakhrurozi, Bendarahara Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Kaltim menuturkan, permintaan akan chip mocaf--sebagai salah satu produk setengah jadi menggunakan bahan baku singkong-yang nantinya diolah menjadi makanan ataupun snack menjadi salah satu peluang yang bisa dilirik petani ataupun pengusaha yang tertarik menggarap usaha penanaman ataupun pengolahan singkong gajah.
Dalam sebulan, permintaan akan chip mocaf yang diterimanya bisa mencapai 1.000 ton. Sedangkan kapasitas pabrik yang dikelolanya di bawah bendera Kaltim Bintang Perkasa hanya bisa menangani hingga 50 ton. (Baca juga: Mei, Pabrik Pengolahan Singkong Gajah di PPU Beroperasi )
"Kami masih terkendala cuaca untuk pengeringan produk. Kami memiliki oven namun kapasitasnya tidak begitu besar," kata Fakhrurozi, Rabu (11/3/2015).
Soal bahan baku, kata Fakhrur sebenarnya tersedia cukup banyak di berbagai wilayah di Kaltim. Untuk Samarinda saja, ada sekitar 500 hektare lahan yang ditanami singkong dan belum termasuk di wilayah Kukar, Paser dan Kutim.
Fakrur menggambarkan keuntungan yang bisa diperoleh petani dari sisi penanaman singkong bisa mencapai puluhan juta rupiah. Untuk lahan seluas 1 hektare rata- rata bisa menghasilkan hingga 80-100 ton singkong gajah, dengan biaya pengolahan lahas sebanyak Rp 25 juta.
"Bila singkong dijual dengan harga Rp 600/kg maka bisa mendapatkan Rp 60 juta dan dipotong biaya pengolahan lahan Rp 25 juta. Itu belum termasuk dengan hasil penjualan batang bibit Rp 500/jengkal serta daun singkong untuk pakan ternak. Oleh karenanya, ini bisa menjadi pilihan bisnis yang menjanjikan, selain dari batubara dan sawit," paparnya.
Hanya saja, para petani masih mengandalkan bahan baku mentah untuk dijual pabrik. Padahal nilai yang bisa diterima petani bisa jauh lebih besar bila dijual dalam chip mocaf. Bila telah diproses menjadi chip mocaf, kata Fakhrur maka produk tersebut bisa bertahan hingga 1 tahun.
Sedangkan bila dalam bentuk singkong hanya bertahan 2x24 jam, sehingga kualitasnya pun berubah bila diangkut ke pabrik yang lokasinya jauh.
"Kami siap membeli chip mocaf petani dengan harga Rp 2.800/kg dan siap kami ambil di manapun lokasinya. Sedangkan bila dalam bentuk singkong hanya Rp 600/kg. Dengan memberikan nilai tambah pada produk, maka produknya pun lebih tahan lama dibandingkan masih bentuk bongkol," paparnya.
Sumber: http://kaltim.tribunnews.com/2015/03/12/luar-biasa-keuntungan-singkong-gajah-capai-rp-40-juta-lebih
0 komentar: