Kebutuhan pangan nasional, untuk memenuhi 250 juta rakyat Indonesia, tidak akan dengan mudah dipenuhi dari padi saja. Karena jumlah lahan subur yang terbatas. Dengan lahan marginal yang mencapai 60 juta hektar, singkong menjadi sangat potensial untuk mendampingi beras sebagai bahan pangan sumber karbohidrat, karena singkong dapat tumbuh dengan mudah dan berproduktivitas tinggi pada lahan tersebut.
MOCAF
sebagai olahan singkong yang terbukti mampu diterima oleh masyarakat, dan telah
diindustrialisasikan, diharapkan mampu menjadi salah satu slot pangan nasional.
Demikian semangat yang muncul saat kick
off meeting dari proyek “Optimalisasi Industri MOCAF (Modified Cassava
Flour) di Wilayah Jawa Bagian Selatan untuk
Meningkatkan Kesejahteraan dan Ketahanan Pangan Nasional” di Ruang Sidang
Lembaga Penelitian Universitas Jember (Sabtu, 24/1 2015).
Proyek
yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementrian Keuangan ini
menekankan pada peningkatan kapasitas Industri MOCAF yang telah diproduksi oleh
PT. Bangkit Cassava mandiri (BCM), sehingga mempunyai daya ungkit bagi
ketersediaan bahan pangan yang murah dan bermutu dari bahan lokal khususnya
singkong. Daya ungkit lainnya yang diharapkan adalah kesejahteraan petani,
produsen chips, outlet produk MOCAF dan berbagai pihak yang terlibat dalam
proses produksi dan penggunaan MOCAF.
Saat
pertemuan tersebut, hadir tenaga peneliti dan pembantu peneliti yang terlibat
pada proyek ini dari Universitas Jember, Politeknik Jember, Balai Besar Pasca
Panen dan Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi. Untuk meningkatkan
semangatnya, kepada peserta yang hadir disajikan aneka kue dari MOCAF sebagai
makanan kecilnya, Mie MOCAF dan Beras cerdas sebagai makan siangnya.
Mi Ayam Jamur, Mie terbuat dari tepung mocaf.
0 komentar: