CALON PRESIDEN BERKATA, 'MENGAPA KITA REPOT-REPOT MEMIKIRKAN SINGKONG? KITA KAN PUNYA UANG, IMPOR SAJA.
Dr. Achmad Subagio MAgr menceritakan pengalaman mendapat cibiran itu dari
calon presiden pada pemilihan umum 2004 itu kepada Trubus. Saat itu ia
diundang untuk mempresentasikan teknologi produksi mocaf. Usai
presentasi tentang mocaf, calon presiden itu berkomentar seperti di
atas. Bukan hanya dari calon presiden, cibiran itu juga datang dari
beberapa rekan dosen di Universitas Jember, tempat ia mengajar.
'Singkong murah kok diurusi. Untuk apa dosen mengurusi singkong?' hanya
beberapa pernyataan miring itu.
Namun, doktor Kimia Pangan itu
tak hirau. Ia terus meriset ubikayu menjadi tepung, tetapi tanpa aroma
dan rasa singkong. Produk itu kini sohor sebagai modified cassava flour
(mocaf). Dosen berusia 40 tahun itu menempuh jalan berliku untuk
menghasilkan tepung ubikayu tanpa aroma singkong.
Tak mungkin?
Pada
riset itu, mula-mula ia memfermentasi singkong segar. Sayang durasinya
sangat lama, 3 pekan. 'Karena fermentasinya spontan, jadi mikroba yang
tumbuh tidak jelas,' ujar kelahiran Kediri, Jawa Timur, 17 Mei 1969 itu.
Inspirasi datang dari gatot, penganan tradisional yang juga berbahan
baku singkong. Dalam proses pembuatannya, gatot pun mengalami
fermentasi.
Pada 2005-setelah setahun meriset-Subagio mengisolasi
bakteri asam laktat dari penganan yang lazim dinikmati bersama parutan
kelapa itu. Sayang, Subagio menolak menyebut spesies bakteri itu. Dengan
bakteri asam laktat, proses fermentasi lebih singkat, hanya 8-10 jam
(baca: Tepung dari Bawah Tanah, halaman 20). Proses fermentasi bertujuan
menutupi aroma dan rasa singkong.
Selain itu fermentasi juga
menghancurkan selulosa menjadi tepung bertekstur halus. Menurut Subagio
bakteri asam laktat mampu mendegradasi selulosa dan melubangi dinding
granula pati. Selulosa harus dipecah karena pati terbungkus selulosa.
Jika selulosa tidak dipecah maka hanya dihasilkan tepung gaplek, bukan
tepung mocaf.
Salah satu perbedaan antara tepung gaplek dan
tepung mocaf adalah pada tingkat viskositas atau kekentalan. Viskositas
tepung gaplek sangat rendah. Pada suhu 95oC dengan konsentrasi 2%,
viskositas tepung gaplek hanya 45 mPa.S (1 Poise = 100 cP atau
centiPoise, 1cP = 1 mPa.S). Bandingkan dengan viskositas tepung mocaf
yang mencapai 75 mPa.S dan terigu 65 mPa.S. Jika viskositas rendah, maka
tepung tidak lengket ketika diberi air.
Meski bakteri asam
laktat mampu memecahkan selulosa singkong, tetapi dinding selulosa masih
sedikit menempel pada pati. Dampaknya viskositas tepung mocaf tidak
setinggi tepung tapioka. Tapioka hanya terdiri sari pati sehingga sangat
kental. Selain memecah selulosa, bakteri asam laktat juga memodifikasi
granular pati yang halus menjadi berlubang-lubang.
Lubang-lubang
itu memperkuat ikatan antarbutiran sehingga adonan tidak gampang
terputus. Dengan karakteristik itu, tepung singkong itu mirip terigu.
Dalam pembuatan beragam penganan, mocaf alias modifikasi tepung singkong
mampu menggantikan terigu yang masih diimpor.
Fleksibel
Pengolahan
umbi Manihot esculenta menjadi tepung tanpa aroma dan rasa singkong itu
merupakan penemuan pertama di dunia. Subagio memberi nama temuannya itu
mocal, pemendekan dari modified cassava flour. Dalam bahasa Jawa, mokal
berarti tak mungkin. 'Tetapi saya berkeyakinan bahwa ini (produksi
tepung singkong modifikasi, red) mungkin,' kata dosen Teknologi Pangan
itu. Nama mocal kemudian ia ubah menjadi mocaf.
Teknologi hasil
temuan Subagio itu kini menyebar ke berbagai daerah seperti Kabupaten
Trenggalek di Jawa Timur, Pati (Jawa Tengah), dan Ciamis (Jawa Barat).
Temuan itu mengangkat pamor singkong yang selama ini dikenal sebagai
komoditas inferior atau komoditas orang miskin. 'Dengan bentuk tepung,
rasa, dan aroma yang lebih netral produk ini sangat fleksibel untuk
diolah menjadi apa saja,' kata Subagio.
Gagasan mengolah singkong
menjadi tepung modifikasi terlintas ketika Subagio mengikuti program
jejaring kerja sama antaruniversitas Asia-Eropa di Belanda dan Inggris.
Program berlangsung pada 1 April-30 Juni 2004. Ia mengunjungi antara
lain Avebe Corp di Kota Veendam, Belanda, yang mengolah kentang menjadi
beragam produk seperti penganan, kosmetik, dan bahan pencampur cat.
'Pikiran
saya adalah bila Belanda mempunyai kentang, lalu Indonesia apa? Saat
itu pula terlintas semua potensi alam Indonesia, mulai singkong,
ubijalar, sagu sampai ganyong,' kata alumnus Osaka Prefecture University
itu. Di antara potensi komoditas-komoditas itu yang paling mudah
dikembangkan menjadi industri adalah singkong.
Usai menemukan
teknologi produksi mocaf, Subagio kerap diundang untuk berbicara tentang
tepung singkong. 'Sudah 5 tahun ini, hidup saya selalu berkaitan dengan
mocaf.' kata Subagio. Ia memang seperti ditakdirkan untuk menggeluti
singkong.
Ayahnya adalah pekebun singkong yang juga produsen
tapioka dan gethuk lindri, penganan yang terbuat dari singkong. Ketika
kecil, Subagio membantu pembuatan gethuk lindri dengan menyeleksi bahan
baku. Kini ia berharap mocaf mampu mengatasi masalah pangan dan
kemiskinan serta memberikan kesejahteraan masyarakat. (Sardi
Duryatmo/Peliput: Nesia Artdiyasa)
Sumber : http://www.trubus-online.co.id
Achmad Subagio 'Anak Singkong' Penemu Tepung Singkong
Written By Unknown on Minggu, 23 November 2014 | 23.11.14
Label:
Berita,
Data dan Fakta
SEMOGA PROF. ACHMAD SUBAGIO TERUS BERINOVASI
BalasHapus