Konten Terbaru:
Home » » Usai Bekerja 25 Tahun, Dirikan Formasi-G Untuk Menghadapi MEA

Usai Bekerja 25 Tahun, Dirikan Formasi-G Untuk Menghadapi MEA

Written By Unknown on Minggu, 13 Desember 2015 | 13.12.15

JAKARTA, beritalima.com – Usai bekerja di Jepang selama 25 tahun, lalu kembali ke tanah air mendirikan Forum Masyarakatr Indonesia Berwawasan Global (FORMASI – G). Organisasi itu terdiri dari lapisan masyarakat, mulai dari pejabat, pengusaha, praktisi industri, profesional, dosen, peneliti, petani, pedagang, karyawan, mahasiswa, dan lain-lain.
“Semua insan Indonesia yang memiliki visi misi yang sama bisa bergabung baik yang tinggal di Indonesia maupun yang tinggal di luar negeri. Yang mau bergabung pun tidak ada syarat khusus, yang penting mau terus berbagi dan terus berbakti untuk mewujudkan visi misi Formasi – G,” tandas Suyoto Rais, Ketua Umum Foremasi – G yang juga pendiri, Sabtu (12/12/2015) di Ruang Studi Jepang, Kampus Universitas Indonesia, saat Dialog Kebangsaan dan Deklarasi Formasi – G yang baru berumur 1 tahun.
Dialog tersebut menyangkut Masyarakat Ekonomi Asean yang akan diberlakukan akhir tahun 2015. Maka ada relevansi dengan tema keunggulan kopertatif menuju keunggulan koperatrif via produk berdaya saing. Oleh karena itu sejak 2011 hingga sekarang mengalami defisit dan masih bergantung pada produk-produk import. Maka dari itu menurutnya, dibentuknya Formasi – G adalah sebagai forum bersama untuk memahami kondisi global dan mencari solusinya.
Dijelaskan Suyoto, visi formasi – G, pertama meningkatkan daya saing produk dan SDM Indonesia di pasar global. Dan untuk mewujudkan visi, Formasi – G memiliki misi yang terdiri membantu produk-produk Indonesia agar bisa berjaya di pasar domestik dan diterima di pasar ekspor. Kedua, membantu mengembangkan SDM Indonesia agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan siap bersaing di pasar global. Tiga, membantu mensinergikan potensi nasional untuk mengembangkan industri di seluruh Nusantara.
Hadir pada Dialog Kebangsaan, Prof. Dr. Wisnu Gardjito tokoh ahlki Agro Industri dan bisa mengolah kelapa, Prof. Dr. Achmad Subagio tokoh penemu tepung Mocaf, dan Dahlan Iskan mantan Menteri BUMN. “Supaya tidak terjebak nasionalisme sempit, bukan berarti liberal melainkan nasionalisme modern. Nasionalisme modern agar tidak gampang import, kalau bisa produk kita lebih besar dari import,” imbuh Dahlan Iskan. dedy mulyadi
@http://www.beritalima.com/2015/12/12/39777/
Share this article :

0 komentar:


Tepung Mocaf

Tepung singkong yang dimodifikasi sehingga berkualitas tinggi...

Untuk Pembelian Tepung Mocaf Hubungi
YULIANA
0271-825266

 
Dipersembahkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Jember
Didukung oleh : Universitas Jember | LPDP | BCM
Copyright © 2015. Tepung MOCAF - All Rights Reserved