Konten Terbaru:
Home » » Kacang Tunggak, Komoditas Potensial di Lahan Kering Masam

Kacang Tunggak, Komoditas Potensial di Lahan Kering Masam

Written By Unknown on Senin, 17 Agustus 2015 | 17.8.15

Kacang tunggak (Vigna unguiculata L. Walp.) telah lama dibudidayakan di Indonesia. Kacang tunggak biasanya ditanam petani dalam skala kecil secara monokultur atau tumpangsari dengan jagung, ubi kayu, cabe atau kapas sebagai sumber bahan pangan. Secara alamiah kacang tunggak tergolong tanaman kacang-kacangan yang toleran terhadap kekeringan. Biji kacang tunggak juga merupakan sumber protein yang baik (23,4%) dan kandungan lemak yang rendah pada biji (1,3%) memiliki arti penting pada penyimpanan dan pengolahan biji, terutama dalam mengurangi aroma dan cita rasa yang tidak diinginkan. Sumber daya genetik kacang tunggak yang ada memiliki keragaman untuk hasil dan sifat lain seperti warna biji, ukuran biji, serta umur masak. Potensi hasil kacang tunggak berkisar 1,0 hingga 2,0 t/ha biji kering, tergantung varietas lokasi, musim, dan cara budidaya. Hingga kini tersedia delapan varietas kacang tunggak, umurnya berkisar 55−70 hari dan bertipe tegak.
Berkurangnya lahan subur di Jawa akibat alih fungsi lahan mengharuskan peningkatkan produksi tanaman pangan dilakukan di lahan sub optimal, termasuk di dalamnya lahan kering, lahan masam, pasang surut maupun rawa. Lahan kering masam tersebar cukup luas di Indonesia, terutama pada wilayah beriklim basah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Masalah utama dan yang paling umum dalam pengembangan tanaman palawija di lahan masam adalah keracunan aluminium (Al).
Pengujian toleransi kacang-kacangan terhadap cekaman aluminium pada stadia perkecambahan di laboratorium menunjukkan bahwa pemberian Al berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah dan bobot akar tanaman kacang hijau, kacang tanah, dan kacang tunggak. Semakin meningkat konsentrasi Al yang diberikan menyebabkan penurunan jumlah akar yang semakin besar. Konsentrasi Al sebesar 12 ppm memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar, jumlah akar dan berat kering akar kacang hijau. Pada kacang tanah dan kacang tunggak, pemberian Al antara 60−70 ppm memberikan pengaruh yang besar terhadap penurunan panjang akar, jumlah akar, berat kering kecambah dan berat kering akar.
Gambar. Keragaan kacang tunggak di lahan kering masam dengan kejenuhan Al tinggi di Jasinga.

Dari empat komoditas kacang-kacangan yang diuji di lahan masam Jasinga dengan kandungan Al tinggi, menunjukkan kacang tunggak tergolong toleran terhadap kemasaman lahan (Gambar) dibanding kedelai dan kacang hijau, dengan kisaran hasil biji 0,17−0,95 t/ha pada kedelai, 0,55−2,21 t/ha polong kering pada kacang tanah, 0,04−0,58 t/ha biji pada kacang hijau, dan 0,33−1,43 t/ha hasil biji pada kacang tunggak (Tabel 1). Pada lahan masam dengan kandungan Aluminium tinggi, hasil kacang tunggak dapat mencapai 1,43 t/ha, dan dengan pengapuran dapat mencapai 1,79 t/ha. Budidaya kacang tunggak juga memberikan keuntungan dalam pencegahan erosi dan penyediaan bahan organik. Dengan telah tersedianya varietas disertai dengan cara budidaya dan manfaat kacang tunggak sebagai bahan pangan serta sifat alamiahnya yang tahan kering dan adaptif untuk lahan kering masam, maka budidaya kacang tunggak di lahan kering memiliki harapan baik.

Trustinah
@http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/1989-kacang-tunggak-komoditas-potensial-di-lahan-kering-masam.html
Share this article :

0 komentar:


Tepung Mocaf

Tepung singkong yang dimodifikasi sehingga berkualitas tinggi...

Untuk Pembelian Tepung Mocaf Hubungi
YULIANA
0271-825266

 
Dipersembahkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Jember
Didukung oleh : Universitas Jember | LPDP | BCM
Copyright © 2015. Tepung MOCAF - All Rights Reserved