Pembuatan pakan komplit merupakan salah satu terobosan teknologi yang perlu dikembangkan. Hal ini dikarenakan dengan pakan komplit tidak diperlukan pakan tambahan lainnya, sehingga lebih praktis. Penggunaan pakan komplit memudahkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan menyumbang kebutuhan serat bagi stabilisasi ekosistem rumen pada ternak kambing.
Selain itu, pakan komplit juga lebih menjamin meratanya asupan harian pakan, sehingga fluktuasi kondisi ekosistem di dalam rumen dapat diminimalisir. Kondisi ini lebih sulit dicapai dengan pemberian pakan secara konvensional dimana pakan sumber serat (roughage) dan pakan konsentrat diberikan secara terpisah. Dalam perkembangannya, teknik pakan komplit juga semakin banyak digunakan pada peternakan penggemukan kambing potong (feedlot) untuk memaksimalkan pertambahan bobot badan ternak menjelang dipasarkan.
Pemanfaatan limbah Serat Perasan Buah Sawit (SPBS) perlu dieksplorasi sebagai komponen campuran pakan untuk ternak kambing. Nilai nutrisinya yang relatif sebanding dengan rumput alam memungkinkan limbah ini dijadikan bahan dalam pembuatan pakan komplit. Namun, pemanfaatan limbah ini akan dibatasi oleh kandungan serat terutama lignin yang relatif tinggi. Pada umumnya bahan pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi memiliki nilai kecernaan yang rendah. Kemajuan bioteknologi saat ini memungkinkan optimasi pemanfaatan limbah SPBS sebagai sumber bahan pakan, yaitu melalui fermentasi.
Fermentasi dengan menggunakan beberapa jenis cendawan memungkinkan terjadinya perombakan bahan yang sulit dicerna oleh ternak menjadi bahan yang mudah dicerna, sehingga nilai manfaatnya meningkat.
Selain itu, pakan komplit juga lebih menjamin meratanya asupan harian pakan, sehingga fluktuasi kondisi ekosistem di dalam rumen dapat diminimalisir. Kondisi ini lebih sulit dicapai dengan pemberian pakan secara konvensional dimana pakan sumber serat (roughage) dan pakan konsentrat diberikan secara terpisah. Dalam perkembangannya, teknik pakan komplit juga semakin banyak digunakan pada peternakan penggemukan kambing potong (feedlot) untuk memaksimalkan pertambahan bobot badan ternak menjelang dipasarkan.
Pemanfaatan limbah Serat Perasan Buah Sawit (SPBS) perlu dieksplorasi sebagai komponen campuran pakan untuk ternak kambing. Nilai nutrisinya yang relatif sebanding dengan rumput alam memungkinkan limbah ini dijadikan bahan dalam pembuatan pakan komplit. Namun, pemanfaatan limbah ini akan dibatasi oleh kandungan serat terutama lignin yang relatif tinggi. Pada umumnya bahan pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi memiliki nilai kecernaan yang rendah. Kemajuan bioteknologi saat ini memungkinkan optimasi pemanfaatan limbah SPBS sebagai sumber bahan pakan, yaitu melalui fermentasi.
Fermentasi dengan menggunakan beberapa jenis cendawan memungkinkan terjadinya perombakan bahan yang sulit dicerna oleh ternak menjadi bahan yang mudah dicerna, sehingga nilai manfaatnya meningkat.
Cendawan yang selama ini dikenal merugikan karena menimbulkan penyakitaspergilosis dan aflatoksikosis, banyak pula yang menguntungkan dan dipakai untuk kepentingan manusia, misalnya kapang sebagai kontrol biologi cacing dan ragi khamir sebagai probiotik dan imunostimulan. Diantara jenis kapang dan khamir, terdapat Saccharomyces cerevisiae dan Marasmius sp. Kedua jenis cendawan ini banyak dikaji secara terpisah, sehingga timbul pemikiran untuk mengkombinasikan kedua jenis cendawan ini (SARAS = Saccharomyces cerevisiae + Marasmius sp.) dalam satu produk pakan komplit yang berbasis bahan lokal, yaitu SPBS.
Suatu penelitian telah dilakukan bertujuan untuk mempelajari penggunaan SPBS sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit yang diperkaya dua jenis cendawan pada kambing.
Suatu penelitian telah dilakukan bertujuan untuk mempelajari penggunaan SPBS sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit yang diperkaya dua jenis cendawan pada kambing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat perasan buah sawit (SPBS) yang difermentasi Marasmius sp. menghasilkan kandungan nutrisi yang lebih baik dibandingkan sebelum difermentasi. Marasmius sp. dan S. Cerevisiae mempunyai karakteristik sinergis bila ditumbuhkan secara bersamaan pada media yang sama.
Terdapat kecenderungan nilai pertambahan bobot badan, tingkat konsumsi dan konversi pakan, serta nilai kecernaan yang menurun sejalan dengan meningkatnya penggunaan serat perasan buah sawit terfermentasi. Namun, penggunaan unsur konsentrat yang tinggi pada pakan komplit berbentuk pelet menjadi tidak ekonomis. Perlakuan dengan penggunaan 50% serat perasan buah sawit terfermentasi dan 50% konsentrat pada pakan komplit menjadi taraf perlakuan yang direkomendasikan.
Sumber : Loka Penelitian Kambing Potong
http://www.litbang.pertanian.go.id/berita/one/2265/
0 komentar: