Konten Terbaru:
Home » » Warga Tunjung Teja Olah Kulit Singkong Jadi Kerupuk

Warga Tunjung Teja Olah Kulit Singkong Jadi Kerupuk

Written By Unknown on Minggu, 04 Januari 2015 | 4.1.15


Singkong banyak dijumpai di kebun dan pekarangan masyarakat di kampung-kampung. Selama ini, singkong atau ketela merupakan sumber energi yang mengandung karbohidrat. Tidak hanya singkong, daun singkong pun banyak dikonsumsi masyarakat di Indonesia. Daun singkong kerap dijadikan lalapan dan sayur karena mengandung protein dan zat besi yang tinggi.

Bagi masyarakat, mengonsumsi singkong dan daun singkong sudah menjadi kebiasaan sejak zaman nenek moyang. Namun, akhir-akhir ini, masyarakat mulai memanfaatkan kulit singkong menjadi makanan ringan yang nikmat. Kulit singkong yang dahulu dianggap limbah dan tidak bermanfaat diolah menjadi kerupuk atau keripik yang punya nilai ekonomis. Bahkan, hasil penelitian dari berbagai lembaga penelitian menyebutkan, kulit singkong mengandung karbohidrat dan aman bagi tubuh manusia.

Karena itu, ibu-ibu di Kampung Parumasan, Desa Pancaregang, Kecamatan Tunjungteja, yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Rahayu Mandiri memanfaatkan kulit singkong menjadi makanan olahan. Tentunya, setelah melalui proses pengolahan yang panjang. Kulit singkong yang sudah dikupas dibersihkan dan dicuci, selanjutnya dimasak beberapa jam sampai berwarna kecokelatan. Setelah itu, kulit singkong dibersihkan kembali dan direndam dengan menggunakan garam dan bumbu penyedap rasa. Biasanya, proses perendaman kulit singkong membutuhkan waktu dua sampai tiga hari. Tujuannya, supaya bumbu meresap dan selanjutnya kulit singkong tersebut dikeringkan di bawah terik matahari.

Proses pembuatan kerupuk belum selesai. Setelah kering, kulit singkong kemudian digoreng dan baru bisa dinikmati. Jika untuk dijual, kerupuk dimasukkan ke dalam bungkus plastik kemasan yang telah disiapkan dan baru bisa dipasarkan ke warung atau toko di pasar-pasar tradisional di Kabupaten Serang.

Ketua KWT Rahayu Mandiri Jahroh mengatakan, Desa Pancaregang, Kecamatan Tunjungteja, ditetapkan sebagai sentra makanan olahan singkong. Berbagai jenis produk olahan singkong dibuat oleh masyarakat Pancaregang, mulai dari opak, enye-enye, tostilo, ranggining, dan kerupuk ubik (kulit singkong). Produk olahan singkong dibuat oleh ibu-ibu ketika waktu senggang, yaitu ketika mereka tidak ke sawah atau ke kebun. “Pada 2011 lalu, KWT Rahayu Mandiri berdiri. Awalnya, KWT ini hanya beranggotakan 10 orang, tapi sekarang membengkak, yaitu lebih dari 50 orang,” kata Jahroh kepada Radar Banten di rumahnya, Sabtu (3/1).

Beberapa tahun lalu, masyarakat Desa Pancaregang belum bisa mengolah singkong menjadi berbagai jenis makanan tersebut. Mereka hanya membuat penganan, seperti keripik singkong, getuk, dan opak. Namun, setelah terbentuknya KWT Rahayu Mandiri, masyarakat mulai dikenalkan dengan berbagai jenis produk olahan dari bahan baku singkong. Bahkan, para ibu rutin mengikuti pelatihan yang dilakukan penyuluh pertanian maupun lembaga lain di Kabupaten Serang. Sekarang, masyarakat tidak hanya membuat opak atau getuk, tapi mereka bisa membuat berbagai jenis makanan dengan bahan baku singkong. “Kebetulan, singkong di Pancaregang dan sekitarnya banyak ditanam masyarakat. Jadi, para ibu tidak kesulitan bahan baku ketika membuat produk kuliner tersebut,” jelasnya.

Setelah produk olahan singkong berkembang dan menjadi sumber pendapatan keluarga, Desa Pancaregang dikenal masyarakat di Kabupaten Serang maupun Provinsi Banten. Bahkan, desa tersebut kerap menjadi lokasi tujuan studi banding dari berbagai daerah di Provinsi Banten. “Setelah beres memasak, kami enggak ngerumpi di pos atau warung. Kami manfaatkan waktu luang tersebut untuk membuat makanan yang terbuat dari singkong,” paparnya.

Dia menambahkan, pemasaran produk olahan singkong dari Pancaregang masih terbatas. KWT Rahayu Mandiri biasanya menitipkan produk olahan mereka di warung-warung atau pasar tradisional di Serang Timur. Hasilnya, lumayan untuk menambah penghasilan keluarga. “Kreativitas ibu-ibu di sini enggak percuma, karena setiap hari mereka bisa mendapat penghasilan kurang lebih Rp50 ribu dari usahanya membuat penganan dari singkong,” ungkapnya.

Jahroh mengakui, kemampuan mengolah makanan dari bahan baku singkong tidak lepas dari pembinaan yang dilakukan pemerintah daerah. Beberapa kali, ibu-ibu di sini mengikuti kegiatan pelatihan sehingga menambah pengetahuan masyarakat. Tidak hanya itu, jenis makanan yang dibuat ibu-ibu kini lebih bervariasi. Bahkan, setiap ada pameran produk makanan lokal, hasil kerajinan ibu-ibu dari Pancaregang ikut dipamerkan. “Harga berbagai jenis produk yang kami buat tidak mahal. Untuk enye-enye, tostilo, ranggining, dan opak dihargai Rp20.000 per kilogram, sedangkan kerupuk ubik Rp25.000 per kilogram. Harga kerupuk ubik lebih mahal dikarenakan cara membuatnya lebih rumit,” terangnya.

 Kepala Desa Pancaregang Haerudin mengatakan, produk olahan singkong dari Pancaregang sudah terkenal hingga ke luar daerah. Kini, pihaknya sedang mengupayakan untuk membuat kemasan menarik, sehingga makanan tersebut bisa mendapat perhatian dari masyarakat luas. (RB-Mastur)

Sumber berita: http://www.radarbanten.com/
Share this article :

0 komentar:


Tepung Mocaf

Tepung singkong yang dimodifikasi sehingga berkualitas tinggi...

Untuk Pembelian Tepung Mocaf Hubungi
YULIANA
0271-825266

 
Dipersembahkan oleh Lembaga Penelitian Universitas Jember
Didukung oleh : Universitas Jember | LPDP | BCM
Copyright © 2015. Tepung MOCAF - All Rights Reserved