Kue
brownish kukus dari MOCAF
Achmad Subagio1,
Aunur Rofiq2 dan Tan Chuan Cheng3
1Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember, JEMBER
2TPS Agro,
JAKARTA
3CV Bintang
Kelapa, TANGERANG
Indonesia kaya akan sumber bahan pangan. Sayang sekali
banyak sumberdaya lokal yang belum termanfaatkan hingga saat ini, seperti singkong,
ubi jalar, kelapa, sagu, koro-koroan dan sebagainya. Padahal banyak keunggulan
dari sumberdaya tersebut, misalnya kemampuan koro-koroan dan ubikayu untuk
tumbuh di lahan kering, dan potensi komposisinya sebagai penyedia protein dan
karbohidrat merujuknya sebagai comparative
dan competitive products. Di
Indonesia, bahan pangan lokal itu oleh masyarakat dipandang sebelah mata,
karena penyajiannya yang tidak menarik, sehingga menurunkan tingkat konsumsinya
dan akhirnya demand yang kurang
menyebabkan rendahnya produksi. Ketidakberdayaan dari sumberdaya lokal ini
untuk diangkat sebagai bahan pangan yang lebih mapan utamanya disebabkan oleh
faktor ketidakmampuan kita menguasai teknologi pengolahannya. Sebagai contoh, singkong
yang di Indonesia selalu dianaktirikan ternyata di Thailand dan sekarang di
Vietnam dapat menghasilkan devisa yang sangat besar, karena kemampuan negara tersebut
mengolah menjadi puluhan produk turunannya. Berdasarkan alasan tersebut, perlu
adanya usaha mengembangkan produk-produk pangan berbasis bahan lokal, salah
satunya adalah penggunaan bahan lokal pada produk bakery.
Penggunaan bahan lokal untuk produk bakery ini dapat
digolongkan dalam dua kategori, yaitu sebagai (1) bahan baku atau pengganti,
dan (2) bahan pembantu. Sebagai bahan baku atau pengganti terigu, bahan lokal
berperan sebagai penyusun utama produk sendiri atau bersama bahan lainnya.
Sedangkan sebagai bahan pembantu, bahan lokal berfungsi untuk memperbaiki mutu
dari produk bakery. Ada beberapa contoh produk pangan dari bahan lokal tersebut
yang diproses dengan teknologi yang telah di kembangkan untuk menjadi bahan
bahan baku atau pengganti produk bakery, seperti (1) Modified Cassava Flour
(MOCAF/L) dari singkong, (2) Protein Rich Flour (PRF), dan (3) tepung ampas VCO. Sedangkan, sebagai
bahan pembantu, kami telah mengembangkan berbagai produk yang dapat berfungsi
sebagai emulsifier dan bread improver dari bahan-bahan lokal, seperti madu
kelapa dari ampas VCO dan protein isolat dengan turunannya interaksi
protein-polisakarida.
MOCAF/L dari Singkong
Kata MOCAF (atau MOCAL) adalah
singkatan dari Modified Cassava Flour
yang berarti tepung singkong yang dimodifikasi. Secara definitif, MOCAF adalah
produk tepung dari singkong yang diproses menggunakan prinsip memodifikasi sel
singkong secara fermentasi, dimana mikrobia BAL (Bakteri Asam Laktat)
mendominasi selama fermentasi tepung singkong ini. Mikroba yang tumbuh
menghasilkan enzim pektinolitik dan sellulolitik yang dapat menghancurkan
dinding sel singkong, sedemikian rupa sehingga terjadi liberasi granula pati.
Mikroba tersebut juga menghasilkan enzim-enzim yang menghidrolisis pati menjadi
gula dan selanjutnya mengubahnya menjadi asam-asam organik, terutama asam
laktat. Hal ini akan menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang
dihasilkan berupa naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan
kemudahan melarut. Demikian pula, cita rasa MOCAF
menjadi netral dengan menutupi cita rasa singkong sampai 70%. Walaupun
dari komposisi kimianya tidak jauh berbeda, MOCAF
mempunyai karakteristik fisik dan organoleptik yang spesifik jika dibandingkan
dengan tepung singkong pada umumnya. Kandungan nitrogen MOCAF lebih
rendah dibandingkan tepung singkong, dimana senyawa ini dapat
menyebabkan warna coklat ketika pengeringan atau pemanasan. Dampaknya adalah
warna MOCAL yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung
singkong biasa.
Dengan karakteristik
yang telah diuraikan di atas, MOCAF dapat digunakan sebagai food ingredient
dengan penggunaan yang sangat luas, salah satunya pada produk bakery. Hasil uji
coba menunjukkan bahwa MOCAF dapat digunakan sebagai bahan baku, baik
substitusi maupun seluruhnya, dari berbagai jenis produk bakeri mulai dari
biskuit, cake sampai roti tawar. Gambar 1 memperlihatkan brownish kukus yang
dibuat dengan bahan baku 100% MOCAF/L. Namun demikian, yang perlu dicatat
adalah bahwa produk ini tidak-lah sama persis karakteristiknya dengan tepung
terigu, beras atau yang lainnya. Sehingga dalam aplikasinya diperlukan sedikit
perubahan dalam formula, atau prosesnya sehingga akan dihasilkan produk yang
bermutu optimal. Misalnya jumlah penambahan air, dan minyak tidaklah sama
dengan tepung terigu. Demikian pula cara membuat adonan, lama menguleni
cenderung lebih cepat kalis dibanding dengan terigu. Dengan demikian yang
dibutuhkan adalah mencoba dengan beberapa cara agar bisa mencapai hasil
optimal.
Selanjutnya, MOCAF
ini mempunyai beberapa aspek kesehatan yang cukup menonjol, seperti bebas
gluten, kaya serat dan mudah difortifikasi (Gambar 2). Ketiadaan gluten
menjadikan produk ini baik untuk penderita autis dan tidak menyebabkan alergi
yang terkadang muncul sebagai akibat menkonsumsi gluten. MOCAF juga kaya akan
serat sehingga mempunyai effek sebagai pre-biotik yang membantu pertumbuhan
mikrobia menguntungkan dalam perut, dan cocok untuk penderita diabetis. Bentuknya
yang tepung dengan kandungan pati yang tinggi menjadikan MOCAF mudah untuk
difortifikasi dengan zat-zat gizi yang lain, sesuai dengan kebutuhan dari
produk.
PRF dan Interaksi
Protein-Polisakarida dari koro-koroan
Di lahan kering
Indonesia juga banyak terdapat tanaman koro-koroan, seperti komak, kratok, koro
wedus, koro benguk, buncis, kapri, dan koro pedang yang mudah dibudidayakan dan
produktivitas biji keringnya cukup tinggi sekitar 800 - 900 kg/ha pada lahan kering.
Ditinjau dari kandungan protein dan potensi pengembangannya, pemanfaatan
protein dan karbohidrat koro-koroan mempunyai harapan. Biji koro mengandung
protein cukup tinggi, yaitu sekitar 18 - 25%. Sedangkan kandungan lemaknya
sangat rendah, yaitu antara 0,2 - 3%, dan kandungan karbohidratnya relatif
tinggi, yaitu 50 - 60%. Kandungan proteinnya yang tinggi, menjadikan protein
koro-koroan mempunyai potensi sebagai alternatif pengganti protein hewani,
sebab keseimbangan asam aminonya sangat baik, dan bio-availabilitas tinggi.
Produk orisinal penulis dari koro-koroan adalah PRF yang
berupa tepung dengan kandungan protein mencapai 50%, menjadi bukti kemungkinan
koro-koroan dikembangkan sebagai sumber protein. PRF dapat digunakan sebagai sumber protein
pada produk biskuit kaya protein. Sedang yang berteknologi tinggi, adalah
produk reaksi polisakarida-protein, yaitu menginteraksikan antara kedua bahan
tersebut pada suasana tertentu. Produk interaksi ini bersifat sangat plastis,
layaknya lemak, dan mempunyai daya emulsi yang sangat tinggi. Cocok untuk
meningkatkan volume dan memperhalus tekstur cake (Gambar 3).
Madu Kelapa dan Dietary Fiber
dari ampas kelapa
Sebagai
negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki kebun kelapa (Cocos nucifera) terluas di dunia, seluas
3.745.000 ha, yang hampir seluruhnya adalah perkebunan rakyat dan merupakan
sumber penghasilan sekitar dua setengah juta keluarga petani. Salah satu
industri yang menggunakan kelapa sebagai bahan baku adalah Virgin Coconut Oil
(VCO) yang saat ini mengalami kemunduran karena product positioning yang tidak tepat, yaitu menjadikannya sebagai
obat bukan pangan. Dalam proses pembuatan VCO metode cold pressing akan dihasilkan produk samping berupa ampas kelapa
yang mengandung protein dan serat tinggi, sehingga sangat potensial untuk
dikembangkan berbagai ragam produk.
Dengan
menggunakan enzim sellulase dan protease, dari ampas kelapa tersebut dapat
dihasilkan Madu Kelapa, Galaktomannan dan Dietary Fiber. Madu Kelapa adalah
produk kondensat dari hasil ektraksi yang melibatkan tekanan tinggi dan enzim
sellulase. Dengan proses ini, dinding sel yang berupa selulosa akan didegradasi
dengan diubah menjadi gula sederhana. Degradasi dinding sel ini juga akan
menyebabkan terbebasnya protein dan minyak yang tersisa setelah ektraksi VCO.
Pada dinding sel daging kelapa terdapat jenis polisakarida galaktomannan yang
tersusun dari rantai mannose dan galaktosa. Senyawa ini juga akan ter-release.
Setelah proses pemekatan, maka akan terbentuk Madu Kelapa yang berasa sangat khas,
yaitu manis gurih, dan berpentuk pasta. Hasil penelitian menunjukkan produk ini
mempunyai kemampuan sebagai pengemulsi, pembentuk buih, dan mempunyai kelarutan
yang tinggi. Ini berarti madu kelapa dapat berperan sebagai food additive untuk menghasilkan makanan
yang lebih baik, yaitu: mengembangkan roti, menghaluskan tekstur cake dan
berbagai aplikasi pada industri pangan (Gambar 4).
Jika
proses pembuatan Madu Kelapa ini diteruskan dengan menggunakan enzim protease,
maka akan dihasilkan galaktomanan murni. Di industri makanan, senyawa ini biasa
dipakai sebagai penggumpal. Pada industri es krim, galaktomannan membuat es
tidak cepat mencair. Selain itu, ia juga digunakan oleh industri pembuatan
keju, buah kalengan, dan bumbu salad. Hasil penelitian Suryana (2001)
menunjukkan isolate galaktomannan ampas kelapa dapat mencegah kenaikan kadar
kolesterol serum kelinci sebesar 7,3% setelah 26 hari, dan 13,2 % setelah 52
hari. Dibandingkan dengan ProLipid, yaitu salah satu obat penurun kolesterol
yang diperoleh di pasar, yang dapat mencegah kenaikan kadar kolesterol serum
kelinci sebesar 6,6 % setelah 26 hari, dan 9,2% setelah 52 hari. Isolat
galaktomannan ampas kelapa juga berpengaruh terhadap pencegahan kenaikan kadar
LDL, HDL, trigliserida serum kelinci serta kenaikan berat kelinci. Hasil
penelitian penulis juga menunjukkan bahwa senyawa ini dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia yang jahat, yaitu Escherichia
coli dan Bacillus cereus, dan
mendorong tumbuhnya BAL, sehingga sangat baik untuk menjadi probiotik (Gambar 5).
Sedangkan
hasil akhir dari proses ini adalah Dietary Fiber yang berupa tepung halus.
Sebagai fiber, produk ini sangat baik untuk memperbaiki pencernakan manusia
bila dikonsumsi. Produk ini dapat digunakan dalam produk roti tawar, cake dan
biskuit. Gambar 3 menunjukkan produk roti tawar yang telah diperkaya dietary
fiber dari kelapa.
Pustaka
Suryana, P., (2001): Pengaruh isolat galaktomannan kelapa terhadap penurunan kadar
kolesterol serum kelinci. Warta Litbang Kesehatan, 5: 3-4.Sumber: FOODREVIEW INDONESIA I VOL IV/NO 4/APRIL 2009
File PDF bisa di download di
Wah.prof...menarik sekali dari aspek kesehatan...apakah ada prhitungan ekonomisnya jika ingin brbisnis bronis mocaf?
BalasHapusSiap ada ... nanti kita turunkan artikelnya. Mister Te sudah jualan brownish.
BalasHapusAlhamdulillaah, saya sudah mengolah kukis dan brownies sehat saya dg mocaf sejak 3 tahun lalu. Bahkan margarine dan gula juga saya ganti dengan bahan yang sehat berkualitas. Penambahan bekatul dan susu kambing membuat kukis dan brownies sehat saya aman dikonsumsi penderita diabetes, maag, batita sampai manula, bahkan anaka-anak autis sebagai sarapan dan kudapan di sore hari. Namun, ketersediaan mocaf di tempat saya semakin sulit didapat. Mohon kabari saya bagaimana bisa mendapatkan mocaf yang berkualitas yang kontinue. Esukasi makanan dengan bahan mocaf saya masyarakatkan dengan demo masak keliling hingga ke Padang, Sumbar. Ditunggu kabarnya di WA 081315002689. Wasallam, Bu Ries-Cinere, Depok.
BalasHapusAlhamdulillaah, saya sudah mengolah kukis dan brownies sehat saya dg mocaf sejak 3 tahun lalu. Bahkan margarine dan gula juga saya ganti dengan bahan yang sehat berkualitas. Penambahan bekatul dan susu kambing membuat kukis dan brownies sehat saya aman dikonsumsi penderita diabetes, maag, batita sampai manula, bahkan anaka-anak autis sebagai sarapan dan kudapan di sore hari. Namun, ketersediaan mocaf di tempat saya semakin sulit didapat. Mohon kabari saya bagaimana bisa mendapatkan mocaf yang berkualitas yang kontinue. Esukasi makanan dengan bahan mocaf saya masyarakatkan dengan demo masak keliling hingga ke Padang, Sumbar. Ditunggu kabarnya di WA 081315002689. Wasallam, Bu Ries-Cinere, Depok.
BalasHapus